Jangan pernah bicara moral
Karna kita hidup di neg’ri yang bebas
Jangan bicara tentang agama
Karna kita berada di neg’ri yang tak bertuhan
Karna kita terlalu sentistif dengan perbedaan
Omong kosong dengan janji-janji
Omong kosong dengan bebas korupsi
Itu hanya rayuan gombal mereka……………..
Bicara anti korupsi di negri bertikus manis
Bicara tentang kerukunan di negri tak mengenal perbedaan
Bicara tentang hukum sedangkan keadilan masih bersembunyi
Untuk apa bicarakan semua itu bila sekedar lelucon semata
Jangan bermimpi di saat mabuk
Tak usah katakan anti kalau diri mu mau…
Kita bersepakat saja
makan bersama, senang-senang bersama
Agar tidak repot………………
Negri ini adalah negri lelucon
Yang selalu tak bisa menbedakan
Pejabat dan penjahat
Girian, 25 Maret 2011
Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini. "Hari Ini yang Menentukan" Selamat menikmati hidup di Hari Ini !!!
Kamis, 24 Maret 2011
Selasa, 22 Maret 2011
Bekerja untuk Hidup atau Hidup untuk Bekerja
Seorang laki-laki pulang dari bekerja agak terlambat, lelah dan jengkel.
Ia melihat anaknya yang berumur lima tahun menunggunya di depan pintu.
“Ayah, bolehkah saya bertanya?” tanya anak itu. “Ya, ada apa?” jawab ayahnya.
“Ayah berapa gaji ayah satu jam?” ”Itu bukan urusanmu! Mengapa kau tanyakan itu?” Sahut ayahnya marah. ”Saya cuma ingin tahu. Tolong beritahu saya berapa yang ayah peroleh dalam sejam?” Pinta anak itu.
”Bila kamu ingin tahu, saya memperoleh 20 dolar per jam.” ”Oh,” anak itu menjawab dengan kepala menunduk. Lalu ia bertanya kembali, ”Ayah, bolehkah saya meminjam 10 dolar?”
Ayahnya agak gemas. ”Bila itu alasannya kamu bertanya gaji saya hanya untuk membeli sebuah mainan bodoh atau hal lain yang konyol pergilah ke kamar dan tidur.
Berpikirlah mengapa kamu hanya mementingkan dirimu sendiri.
Saya bekerja keras seharian penuh dan tidak mempunyai waktu untuk permainan tak berguna itu.” Anak itu pergi ke kamar tidurnya dan menutup pintu. Ayahnya duduk dan menjadi makin jengkel terhadap pertanyaan anaknya itu.
Betapa beraninya anaknya menanyakan pertanyaan seperti itu untuk mendapatkan uang. Setelah kira-kira sejam, orang itu lebih tenang, dan mulai berpikir bahwa ia agak terlalu keras terhadap anaknya. Mungkin ada sesuatu yang anaknya ingin benar-benar beli dengan 10 dolar itu apalagi anak itu jarang meminta uang. Orang itu bangkit ke kamar anaknya dan membuka pintu seraya bertanya,
“Apakah kamu sudah tidur anakku?” ”Belum ayah,” jawab anak itu.
”Saya berpikir, mungkin saya terlalu keras kepadamu tadi.
Hari ini sangat melelahkan hingga ayah tadi tidak sabaran. Ini 10 dolar yang kamu minta.” Anak itu bangun cepat-cepat. “Oh, terima kasih ayah!” teriaknya.
Kemudian ia meraba ke bawah bantalnya dan mengambil beberapa lembar uang yang sudah kucal.
Orang itu yang melihat anaknya sudah memiliki sejumlah uang, mulai marah lagi.
Anak itu pelan-pelan menghitung uangnya, lalu memandang ayahnya.
”Mengapa kamu meminta uang lagi kalau kamu sudah memilikinya?” Ayah itu menggumam.
”Karena uang saya tidak cukup, tetapi sekarang sudah,” jawab anak itu.
“Ayah, saya mempunyai 20 dolar sekarang … Bolehkah saya membeli waktu ayah selama sejam?”
Cerita diatas mungkin bagi kita terasa mengada-ada, mana mungkin saya menjadi ayah yang demikian buruk, namun bagi kita yang sudah berkeluarga mungkin akan merasakan hal yang berbeda.
Kita selalu berkata bahwa kita bekerja untuk keluarga kita, namun kadang kita kurang peka akan kebutuhan keluarga kita sebenarnya, yaitu kehadiran kita...
Ayah saya merupakan pekerja keras, bahkan rasa tanggung jawabnya patut diacungi jempol, namun hal yang sering terjadi adalah ayah saya kekurangan waktu untuk keluarganya. Kadang ayah saya menyuruh kami sekeluarga untuk berlibur, tentu dia tidak ikut karena harus bekerja, baginya adalah sebuah kesuksesan bisa memberikan apa yang keluarganya inginkan, namun tetap saja saya merasakan kekosongan sosok ayah...
Seperti judul artikel ini, Bekerja untuk Hidup dan Hidup untuk Bekerja, mungkin terlihat hampir sama, namun memiliki arti yang sangat berbeda...
Jangan jadikan bekerja sebagai tujuan hidup, namun jadikan pekerjaan sebagai anugerah dalam hidup ini, diberkati dan memberkati...^^
Sebagai seorang Ayah, renungkanlah hal ini!
Sebagai seorang Anak, doakan dan tetap hormatilah orang tuamu!
Jangan pernah kuatir akan hari esok, karena Tuhan selalu mencukupkan kita selama kita sudah melakukan yang terbaik dan indah di mata Tuhan...
Luangkan waktu untuk keluarga, karena keluarga merupakan salah satu anugerah Tuhan yang terindah^^
Tuhan Yesus Memberkati...
Ibrani 13:5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Ia melihat anaknya yang berumur lima tahun menunggunya di depan pintu.
“Ayah, bolehkah saya bertanya?” tanya anak itu. “Ya, ada apa?” jawab ayahnya.
“Ayah berapa gaji ayah satu jam?” ”Itu bukan urusanmu! Mengapa kau tanyakan itu?” Sahut ayahnya marah. ”Saya cuma ingin tahu. Tolong beritahu saya berapa yang ayah peroleh dalam sejam?” Pinta anak itu.
”Bila kamu ingin tahu, saya memperoleh 20 dolar per jam.” ”Oh,” anak itu menjawab dengan kepala menunduk. Lalu ia bertanya kembali, ”Ayah, bolehkah saya meminjam 10 dolar?”
Ayahnya agak gemas. ”Bila itu alasannya kamu bertanya gaji saya hanya untuk membeli sebuah mainan bodoh atau hal lain yang konyol pergilah ke kamar dan tidur.
Berpikirlah mengapa kamu hanya mementingkan dirimu sendiri.
Saya bekerja keras seharian penuh dan tidak mempunyai waktu untuk permainan tak berguna itu.” Anak itu pergi ke kamar tidurnya dan menutup pintu. Ayahnya duduk dan menjadi makin jengkel terhadap pertanyaan anaknya itu.
Betapa beraninya anaknya menanyakan pertanyaan seperti itu untuk mendapatkan uang. Setelah kira-kira sejam, orang itu lebih tenang, dan mulai berpikir bahwa ia agak terlalu keras terhadap anaknya. Mungkin ada sesuatu yang anaknya ingin benar-benar beli dengan 10 dolar itu apalagi anak itu jarang meminta uang. Orang itu bangkit ke kamar anaknya dan membuka pintu seraya bertanya,
“Apakah kamu sudah tidur anakku?” ”Belum ayah,” jawab anak itu.
”Saya berpikir, mungkin saya terlalu keras kepadamu tadi.
Hari ini sangat melelahkan hingga ayah tadi tidak sabaran. Ini 10 dolar yang kamu minta.” Anak itu bangun cepat-cepat. “Oh, terima kasih ayah!” teriaknya.
Kemudian ia meraba ke bawah bantalnya dan mengambil beberapa lembar uang yang sudah kucal.
Orang itu yang melihat anaknya sudah memiliki sejumlah uang, mulai marah lagi.
Anak itu pelan-pelan menghitung uangnya, lalu memandang ayahnya.
”Mengapa kamu meminta uang lagi kalau kamu sudah memilikinya?” Ayah itu menggumam.
”Karena uang saya tidak cukup, tetapi sekarang sudah,” jawab anak itu.
“Ayah, saya mempunyai 20 dolar sekarang … Bolehkah saya membeli waktu ayah selama sejam?”
Cerita diatas mungkin bagi kita terasa mengada-ada, mana mungkin saya menjadi ayah yang demikian buruk, namun bagi kita yang sudah berkeluarga mungkin akan merasakan hal yang berbeda.
Kita selalu berkata bahwa kita bekerja untuk keluarga kita, namun kadang kita kurang peka akan kebutuhan keluarga kita sebenarnya, yaitu kehadiran kita...
Ayah saya merupakan pekerja keras, bahkan rasa tanggung jawabnya patut diacungi jempol, namun hal yang sering terjadi adalah ayah saya kekurangan waktu untuk keluarganya. Kadang ayah saya menyuruh kami sekeluarga untuk berlibur, tentu dia tidak ikut karena harus bekerja, baginya adalah sebuah kesuksesan bisa memberikan apa yang keluarganya inginkan, namun tetap saja saya merasakan kekosongan sosok ayah...
Seperti judul artikel ini, Bekerja untuk Hidup dan Hidup untuk Bekerja, mungkin terlihat hampir sama, namun memiliki arti yang sangat berbeda...
Jangan jadikan bekerja sebagai tujuan hidup, namun jadikan pekerjaan sebagai anugerah dalam hidup ini, diberkati dan memberkati...^^
Sebagai seorang Ayah, renungkanlah hal ini!
Sebagai seorang Anak, doakan dan tetap hormatilah orang tuamu!
Jangan pernah kuatir akan hari esok, karena Tuhan selalu mencukupkan kita selama kita sudah melakukan yang terbaik dan indah di mata Tuhan...
Luangkan waktu untuk keluarga, karena keluarga merupakan salah satu anugerah Tuhan yang terindah^^
Tuhan Yesus Memberkati...
Ibrani 13:5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Kamis, 17 Maret 2011
"Kehilanganmu"
Tersenyumlah saat dirimu merindukanku
karena saat itu aku juga merindukanmu
menangislah kau saat merindukanku
karena saat itu aku tak berada disampingmu
pejamkanlah mata indahmu,
karena saat itu aku berada didekatmu
cinta ku hanya untuk kamu
rasa setiaku hanya untukmu kasih…..
kenangan-kenangan indah kita,
tak kan pernah kuhapus
cintaku padamu bagaikan mentari
mentari yang tak pernah redup sinarnya
namun semuanya terasa jauh saat kau tinggalkan aku
di hati trasa hampa tanpamu
walau sayap- sayapku telah patah karenamu
namun cintamu akan kusimpan dalam lubang hatiku
walau kini ku tlah kehilanganmu
kini bagiku sulit melupakanmu
biarkan Tuhan yg menyatukan cinta kita
walau setelah kematian kita tiba
Selasa, 01 Maret 2011
"NODA DI TAMAN"
Kami baru beberapa minggu bersekolah di sekolah ini, sekolah asrama.Kebanyakan dari kami berasal dari luar kota. Bangunannya sangat indah dengan arsitektur modern dan kebun yang luas tertata rapi. Tetapi, hal yang paling kami sukai adalah taman di samping gedung dekat ruang laboraturium. Pohon-pohon cemara berjejer di tepi jalan dihiasi dengan pondok di bawahnya, tempat para siswa siswi ngerumpi pada waktu kosong. Juga bunga-bunga yang berwarna-warni hampir selalu bermekaran sangat indah. Rumput-rumput pun selalu terpangkas dengan rapi sehingga kami merasa tidak tega untuk berjalan melewati taman tersebut dan menginjaknya.
Suatu hari, kami mengamati ada suatu taman di taman itu yang tanaman tidak dapat tumbuh dengan subur. Rumput-rumput terlihat kering dan bunga tidak pernah tumbuh sehingga bagian itu terlihat gersang.
Aku dan beberapa kawanku mencoba menanam beberapa biji kacang hijau dengan harapan akan tumbuh tunas keesokkan harinya. Tak lupa kami berbekal pupuk yang kami beli di toko pupuk dekat sekolah. Penjual pupuk bahkan mengatakan bahwa pupuk itu nomor satu di Jepang !
“Kakek berani jamin.Apapun yang kalian tanam, setelah kalian siram dengan baik dan kalian beri pupuk istimewaku ini, tanaman kalian akan tumbuh dengan subur.”Lelaki tua bekas petani yang kini beralih profesi menjadi pedagang pupuk itu berkata dengan penuh percaya diri.
“Benar nih kek?”Timpal Sani sambil memegang pupuk yang dimaksudkan.
“Apa kakek berani jamin pupuk kakek benar-benar berkhasiat? Bagaimana kalau ternyata tidak berhasil ? Bolekah kami mengembalikan pupuk ini dan kami minta kembali uang kami ?” Sambung Chiot sembari berkata lirih pada sang kakek.
“Percaya deh dengan kakek! Kalian pasti berhasil,” ia berkata sambil buru-buru memasukkan pupuk tersebut dalam kantong plastic yang berwarna ungu dan memberikannya kepada kami.
“Baiklah, kami beli yang ini. Terima kasi banyak kek,” aku berkata sambil menyodorkan beberapa lembar uang pada lelaki keriput yang murah senyum itu.
Keesokkan paginya dengan berbekal pupuk yang telah kami beli, dengan bersemangat kami menuju halaman sekolah. Kami bertekad untuk membuktikan pada orang-orang bahwa tanah yang tandus itu adalah pendapat yang salah. Kami akan buktikan, bahwa dengan penanganan yang tepat semuanya akan beres !
“Kau tidak kebanayakan member pupuk kan ?” Kataku pada Sani yang tengah begitu bersemangat.”Kau yakin ini adalah dosis yang tepat?”
“Aku yakin sekali. Sewaktu aku kecil, aku terbiasa membantu kakek nenek di lading.”Katanya meyakinkanku.
“Baiklah kalu begitu.”Aku segera merapikan gundukan tanah di sekitar tempat tersebut.
Beberapa orang guru dan teman kami yang kebetulan lewat tersenyum melihat kegigihan kami. Malam itu, kami hampir tidak bisa tidur. Kami semua memikirkan apa yang akan terjadi pada esok hari. Apakah akan ada kecambah yang tumbuh dari biji-biji kacang hijau kami ?
Pagi berikutnya ketika matahari belum sempurna menunjukkan sinarnya,kami bergegas ke taman. Kami berteriak gembira dengan apa yang kami lihat.
“Hei, kita berhasil! Lihat, ada tunas yang muncul!” chiot berteriak kegirangan. Kakinya yang melompat-lompat hampir saja menginjak kecambah yang baru muncul sedikit dari tanah itu. Ia segera ditarik oleh kawan-kawanku untuk menjauh.
“Iya, akhirnya kita berhasil. Mari kita beri tahukan hal ini pada yang lainnya.”seru Sani. “Wah, pak guru pasti bangga bahwa kita akhirnya berhasil membuktikan bahwa tanah ini ternyata tidak kalah subur dengan lainnya.”
Begitulah beberapa hari berikutnya, biji yang kami tanam tampak sudah mulai tumbuh menjadi tanaman kecil dengan daun-daunnya yang mungil.
Tetapi, tepat satu minggu kemudian kami terkejut ketika mendapati tanaman yang tadinya tumbuh subur, kini mulai layu. Daun-daun kecilnya telah menguning. Bahkan, tanaman lain ada yang sudah mati sebelum genap berusia satu minggu. Tetapi, biji yang kami tanam di bagian lain taman tetap tumbuh dengan normal dan subur.
Kami tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Apakah tanaman kami terserang penyakit? Jika ya, mengapa tanaman lain yang berada di dekatnya baik-baik saja dan tetap tumbuh dengan baik ?
“Apakah mungkin kalau kadar keasaman tanah di tempat tersebut terlalu tinggi ?”Umpat Chiot yang tak henti-hentinya menatap tanaman yang daunnya telah layu.
“Ah, tidak mungkin. Aku dan Pak Deki pernah mengukur tingkat keasaman tanah tersebut. Dan hasilnya ternyata baik. Juga unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Semuanya normal dan baik-baik saja.” Ujar Aris
“Tapi, aku masih penasaran nih. Bagaimana kalau kita bertanya pada Bu Sonya? Beliau kan kepala laboraturium. Jadi, pasti Beliau lebih memahami mengenai apa kemungkinan penyebab matinya tanaman kita,”Aku mengusulkan. Saat ini, hanya itulah yang terpikir olehku. Kami tak punya pilihan lain.
“Baiklah, Aku dan Aris akan menemui Bu Sonya sore ini sehabis latihan senam. Mudah-mudahan Beliau bisa membantu kita memecahkan persoalan ini.” Aris akhirnya menyanggupi sambil membereskan buku-bukunya dan bangkit berdiri.
Akhirnya, kamipun bertanya pada beberapa orang guru Biologi kami. Tetapi, mereka tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Bahkan, kami pun pernah bertanya mengenai hal itu pada seorang tukang kebun yang selalu merawat taman tersebut. Tetapi, lagi-lagi kami tidak mendapatkan apa yang kami cari. Akhirnya, kami pun melupakan hal itu, sampai pada suatu hari….
Hari itu, kami mendapat tugas sejarah dan kami diharuskan untuk bekerja kelompok membahas topik-topik yang diberikan guru.
Ketika kami sedang mencari-cari artikel lama di arsip perpustakaan sekolah, kami terkejut ketika menemukan guntingan berita dari Koran yang ditempel di sebuah album besar yang sudah mulai lapuk. Guntingan kertas itu sudah mulai kuning. Judul artikel itu berbunyi ‘Seorang Siswi Sekolah Menengah Ditemukan Tewas’. Tadinya, kami mengacuhkan berita itu. Tetapi, tak sengaja kami membaca nama sekolah yang tercantum di artikel itu. Ternyata nama sekolah itu, sama dengan nama sekolah kami !
Kami pun segera membaca artikel itu lama itu….
Ternyata, enam belas tahun yang lalu telah terjadi kecelakaan yang mengerikan di sekolah kami. Pada saat itu, ada seorang siswi yang sangat cantik. Namanya Memei Chiru. Ia berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Ayahnya bahkan salah satu donator terbesar sekolah pada saat itu.
Diceritakan kemudian bahwa Memei yang cantik jatuh cinta dengan salah seorang guru muda di sekolah. Tentu saja keluarganya menentang keras hubungan tersebut. Mereka bahkan mengancam untuk menarik kembali semua uang yang telah disumbangkan jika pihak sekolah tidak mengeluarkan guru muda tersebut. Akhirnya dengan sangat terpaksa, guru itu pun mengundurkan diri dari sekolah dan pindah ke luar kota dengan diam-diam.
Memei sangat terpukul ketika mengetahui bahwa pujaan hatinya bukan saja telah diusir oleh ayahnya dari sekolah, tapi juga pindah ke luar kota tanpa sepengetahuannya. Ia berusaha mencari tahu alamat guru muda tersebut dari pihak sekolah. Tapi tentu saja pihak sekolah, terutama pak kepala sekolah yang telah diancam oleh ayah Memei, tidak berani membocorkan alamat baru Guru muda tersebut.
Memei merasa sangat sedih. Hatinya terasa sakit. Hari-hari selanjutnya terasa tak berarti lagi. Memei yang dulu ceria kini hanya seperti mayat hidup. Jiwanya seolah telah hilang. Tak jarang beberapa orang guru dan temannya memergoki sedang termenung di kamar asrama sambil memandang jauh ke luar jendela. Pandangannya kosong dan hampa.
Orang tuanya kemudian berencana untuk memindahkan Memei ke sekolah lain di luar kota dengan harapan ia dapat melupakan kesedihan hatinya dan memulai hidup baru di tempat lain.
Tiba-tiba bencana itu terjadi….
Tepat satu hari sebelum hari kepindahannya ke luar kota, beberapa orang murid yang sedang bermain di taman terkejut ketika melihat seorang siswi berpakaian lengkap memanjat kea tap gedung sekolah. Mereka tidak dapat melihat dengan jelas wajah siswi tersebut. Semua orang berteriak-teriak menyuruh siswi tersebut turun. Tetapi, ia tak memedulikannya. Ia berjalan terus ke arah tepi sebelum akhirnya berhenti dan menatap lurus ke depan. Sejenak ia berdiri mematung. Sementara itu, guru-guru sudah dipanggil dan mereka segera berhamburan ke taman.
Sebelum mereka menyadari apa yang sedang terjadi, tiba-tiba siswi di atas atap itu berteriak keras dan menengadahkan wajahnya ke langit. Ia membentangkan tangan lebar-lebar seperti mengambil ancang-ancang . Detik berikutnya ia meloncat dari atas atap dan tubuh mungilnnya melayang di udara.
Tubuh itu segera membentur tanah. Mereka semua terkejut ketika mengetahui bahwa itu Memei Chiru yang akan pindah esok. Orang tua Memei segera dihubungi. Sebelum orang tuanya datang, Memei sudah menghembuskan napasnya yang terakhir…
Beberapa hari kemudian, pihak sekolah mengadakan upacara khusus untuk mendoakan arwah Memei. Berbagai karangan bunga diletakkan di taman dekat laboraturium, bagian di mana tanaman tidak pernah dapat tumbuh subur. Tanah yang tidak dapat memberikan kehidupan untuk tanaman yang ditanam di atasnya. Seperti juga kehidupan cinta yang tak pernah dimiliki Memei Chiru.
Suatu hari, kami mengamati ada suatu taman di taman itu yang tanaman tidak dapat tumbuh dengan subur. Rumput-rumput terlihat kering dan bunga tidak pernah tumbuh sehingga bagian itu terlihat gersang.
Aku dan beberapa kawanku mencoba menanam beberapa biji kacang hijau dengan harapan akan tumbuh tunas keesokkan harinya. Tak lupa kami berbekal pupuk yang kami beli di toko pupuk dekat sekolah. Penjual pupuk bahkan mengatakan bahwa pupuk itu nomor satu di Jepang !
“Kakek berani jamin.Apapun yang kalian tanam, setelah kalian siram dengan baik dan kalian beri pupuk istimewaku ini, tanaman kalian akan tumbuh dengan subur.”Lelaki tua bekas petani yang kini beralih profesi menjadi pedagang pupuk itu berkata dengan penuh percaya diri.
“Benar nih kek?”Timpal Sani sambil memegang pupuk yang dimaksudkan.
“Apa kakek berani jamin pupuk kakek benar-benar berkhasiat? Bagaimana kalau ternyata tidak berhasil ? Bolekah kami mengembalikan pupuk ini dan kami minta kembali uang kami ?” Sambung Chiot sembari berkata lirih pada sang kakek.
“Percaya deh dengan kakek! Kalian pasti berhasil,” ia berkata sambil buru-buru memasukkan pupuk tersebut dalam kantong plastic yang berwarna ungu dan memberikannya kepada kami.
“Baiklah, kami beli yang ini. Terima kasi banyak kek,” aku berkata sambil menyodorkan beberapa lembar uang pada lelaki keriput yang murah senyum itu.
Keesokkan paginya dengan berbekal pupuk yang telah kami beli, dengan bersemangat kami menuju halaman sekolah. Kami bertekad untuk membuktikan pada orang-orang bahwa tanah yang tandus itu adalah pendapat yang salah. Kami akan buktikan, bahwa dengan penanganan yang tepat semuanya akan beres !
“Kau tidak kebanayakan member pupuk kan ?” Kataku pada Sani yang tengah begitu bersemangat.”Kau yakin ini adalah dosis yang tepat?”
“Aku yakin sekali. Sewaktu aku kecil, aku terbiasa membantu kakek nenek di lading.”Katanya meyakinkanku.
“Baiklah kalu begitu.”Aku segera merapikan gundukan tanah di sekitar tempat tersebut.
Beberapa orang guru dan teman kami yang kebetulan lewat tersenyum melihat kegigihan kami. Malam itu, kami hampir tidak bisa tidur. Kami semua memikirkan apa yang akan terjadi pada esok hari. Apakah akan ada kecambah yang tumbuh dari biji-biji kacang hijau kami ?
Pagi berikutnya ketika matahari belum sempurna menunjukkan sinarnya,kami bergegas ke taman. Kami berteriak gembira dengan apa yang kami lihat.
“Hei, kita berhasil! Lihat, ada tunas yang muncul!” chiot berteriak kegirangan. Kakinya yang melompat-lompat hampir saja menginjak kecambah yang baru muncul sedikit dari tanah itu. Ia segera ditarik oleh kawan-kawanku untuk menjauh.
“Iya, akhirnya kita berhasil. Mari kita beri tahukan hal ini pada yang lainnya.”seru Sani. “Wah, pak guru pasti bangga bahwa kita akhirnya berhasil membuktikan bahwa tanah ini ternyata tidak kalah subur dengan lainnya.”
Begitulah beberapa hari berikutnya, biji yang kami tanam tampak sudah mulai tumbuh menjadi tanaman kecil dengan daun-daunnya yang mungil.
Tetapi, tepat satu minggu kemudian kami terkejut ketika mendapati tanaman yang tadinya tumbuh subur, kini mulai layu. Daun-daun kecilnya telah menguning. Bahkan, tanaman lain ada yang sudah mati sebelum genap berusia satu minggu. Tetapi, biji yang kami tanam di bagian lain taman tetap tumbuh dengan normal dan subur.
Kami tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Apakah tanaman kami terserang penyakit? Jika ya, mengapa tanaman lain yang berada di dekatnya baik-baik saja dan tetap tumbuh dengan baik ?
“Apakah mungkin kalau kadar keasaman tanah di tempat tersebut terlalu tinggi ?”Umpat Chiot yang tak henti-hentinya menatap tanaman yang daunnya telah layu.
“Ah, tidak mungkin. Aku dan Pak Deki pernah mengukur tingkat keasaman tanah tersebut. Dan hasilnya ternyata baik. Juga unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Semuanya normal dan baik-baik saja.” Ujar Aris
“Tapi, aku masih penasaran nih. Bagaimana kalau kita bertanya pada Bu Sonya? Beliau kan kepala laboraturium. Jadi, pasti Beliau lebih memahami mengenai apa kemungkinan penyebab matinya tanaman kita,”Aku mengusulkan. Saat ini, hanya itulah yang terpikir olehku. Kami tak punya pilihan lain.
“Baiklah, Aku dan Aris akan menemui Bu Sonya sore ini sehabis latihan senam. Mudah-mudahan Beliau bisa membantu kita memecahkan persoalan ini.” Aris akhirnya menyanggupi sambil membereskan buku-bukunya dan bangkit berdiri.
Akhirnya, kamipun bertanya pada beberapa orang guru Biologi kami. Tetapi, mereka tidak memberikan jawaban yang memuaskan. Bahkan, kami pun pernah bertanya mengenai hal itu pada seorang tukang kebun yang selalu merawat taman tersebut. Tetapi, lagi-lagi kami tidak mendapatkan apa yang kami cari. Akhirnya, kami pun melupakan hal itu, sampai pada suatu hari….
Hari itu, kami mendapat tugas sejarah dan kami diharuskan untuk bekerja kelompok membahas topik-topik yang diberikan guru.
Ketika kami sedang mencari-cari artikel lama di arsip perpustakaan sekolah, kami terkejut ketika menemukan guntingan berita dari Koran yang ditempel di sebuah album besar yang sudah mulai lapuk. Guntingan kertas itu sudah mulai kuning. Judul artikel itu berbunyi ‘Seorang Siswi Sekolah Menengah Ditemukan Tewas’. Tadinya, kami mengacuhkan berita itu. Tetapi, tak sengaja kami membaca nama sekolah yang tercantum di artikel itu. Ternyata nama sekolah itu, sama dengan nama sekolah kami !
Kami pun segera membaca artikel itu lama itu….
Ternyata, enam belas tahun yang lalu telah terjadi kecelakaan yang mengerikan di sekolah kami. Pada saat itu, ada seorang siswi yang sangat cantik. Namanya Memei Chiru. Ia berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Ayahnya bahkan salah satu donator terbesar sekolah pada saat itu.
Diceritakan kemudian bahwa Memei yang cantik jatuh cinta dengan salah seorang guru muda di sekolah. Tentu saja keluarganya menentang keras hubungan tersebut. Mereka bahkan mengancam untuk menarik kembali semua uang yang telah disumbangkan jika pihak sekolah tidak mengeluarkan guru muda tersebut. Akhirnya dengan sangat terpaksa, guru itu pun mengundurkan diri dari sekolah dan pindah ke luar kota dengan diam-diam.
Memei sangat terpukul ketika mengetahui bahwa pujaan hatinya bukan saja telah diusir oleh ayahnya dari sekolah, tapi juga pindah ke luar kota tanpa sepengetahuannya. Ia berusaha mencari tahu alamat guru muda tersebut dari pihak sekolah. Tapi tentu saja pihak sekolah, terutama pak kepala sekolah yang telah diancam oleh ayah Memei, tidak berani membocorkan alamat baru Guru muda tersebut.
Memei merasa sangat sedih. Hatinya terasa sakit. Hari-hari selanjutnya terasa tak berarti lagi. Memei yang dulu ceria kini hanya seperti mayat hidup. Jiwanya seolah telah hilang. Tak jarang beberapa orang guru dan temannya memergoki sedang termenung di kamar asrama sambil memandang jauh ke luar jendela. Pandangannya kosong dan hampa.
Orang tuanya kemudian berencana untuk memindahkan Memei ke sekolah lain di luar kota dengan harapan ia dapat melupakan kesedihan hatinya dan memulai hidup baru di tempat lain.
Tiba-tiba bencana itu terjadi….
Tepat satu hari sebelum hari kepindahannya ke luar kota, beberapa orang murid yang sedang bermain di taman terkejut ketika melihat seorang siswi berpakaian lengkap memanjat kea tap gedung sekolah. Mereka tidak dapat melihat dengan jelas wajah siswi tersebut. Semua orang berteriak-teriak menyuruh siswi tersebut turun. Tetapi, ia tak memedulikannya. Ia berjalan terus ke arah tepi sebelum akhirnya berhenti dan menatap lurus ke depan. Sejenak ia berdiri mematung. Sementara itu, guru-guru sudah dipanggil dan mereka segera berhamburan ke taman.
Sebelum mereka menyadari apa yang sedang terjadi, tiba-tiba siswi di atas atap itu berteriak keras dan menengadahkan wajahnya ke langit. Ia membentangkan tangan lebar-lebar seperti mengambil ancang-ancang . Detik berikutnya ia meloncat dari atas atap dan tubuh mungilnnya melayang di udara.
Tubuh itu segera membentur tanah. Mereka semua terkejut ketika mengetahui bahwa itu Memei Chiru yang akan pindah esok. Orang tua Memei segera dihubungi. Sebelum orang tuanya datang, Memei sudah menghembuskan napasnya yang terakhir…
Beberapa hari kemudian, pihak sekolah mengadakan upacara khusus untuk mendoakan arwah Memei. Berbagai karangan bunga diletakkan di taman dekat laboraturium, bagian di mana tanaman tidak pernah dapat tumbuh subur. Tanah yang tidak dapat memberikan kehidupan untuk tanaman yang ditanam di atasnya. Seperti juga kehidupan cinta yang tak pernah dimiliki Memei Chiru.
Sejarah Awal Berdirinya Saka Bhayangkara
SAKA BHAYANGKARA berdiri pertama kalinya di POLRESTA KEDIRI pada tahun 70an.bhayangkara sendiri yang berarti bayangan yaitu pasukan penyelinap milik gajah mada dari kerajaan majapahit.dan pramuka saka bhayangkara gagah perkasa yang berarti sekumpulan anak muda yang berkarya untuk bangsa dengan gagah dan tanpa putus asa layaknya seorang prajurit yang berdedikasi kebhayangkaraan yang berlandaskan trisatya dan dasa dharma dengan berkalungkan bendera merah putih. yang saat itu di rintis dan di dirikan oleh kakak Antok Poerwanto kelahiran tahun 1955.yang sekarang berkediaman di Ds.Gayam kec Mojoroto Kota kediri.yang sampai saat ini masih eksis. hingga di resmikan oleh kapolri dan ka.kwarnas dan mengadakan kegiatan yang bernama DHARMA KRIDA PALAGA pada tahun 1971.yang saat ini juga masih di adakan tiap tahun di polresta kediri dan sampai saat ini jadi yang ke 28 kali kegiatan.dan kegiatan ini hanya ada di kota kediri di polresta kediri dengen lokasi di lap.mricanselain kegiatan itu juga ad kegiatan Cross Country yang mirip dengan kegiatan Brimobda Kompi 1 Detasement C
Langganan:
Postingan (Atom)